Sempatkah
sesekali kalian terdiam, lalu menawarkan pertanyaan sederhana pada dirimu
sendiri. “Kau mau dikenal lalu dikenang sebagai siapa kelak”. Kehidupan adalah
proses mencari, mencari pintu mana yang tepat untuk kau ketuk, bisa kau masuki,
dan bisa membuatmu nyaman berdiam-lalu menghuni ruangan itu. Banyak pintu yang
bisa kau ketuk tapi tak bisa kau masuki, atau ada yang lebih sulit; kau sama sekali
tak menemukan pintu untuk kau ketuk. Lalu ada pintu yang bisa kau ketuk, bisa
kau masuki, namun kau tak nyaman di dalamnya.
Bukanlah semua tentang hidup adalah perkara mengetuk
pintu.
Kau terlahir, besar, lalu orangtuamu mulai
menanam banyak benih dalam dirimu yang siap tumbuh jadi cita-cita yang kemudian
akan berkembang menjadi obsesi. Obsesi yang kemudian menggiringmu menemukan pintu
yang tepat untuk kau ketuk-lalu dipintu cita-cita kau kerap tumbuh menjadi
apa-siapa-dan bagaimana.
Saat kau tumbuh menjadi dewasa kau juga
perlahan mencari pintu yang tepat untuk kau ketuk, kau masuki,dan jika sudah
pas, di dalamnya kau akan nyaman untuk berbicara banyak hal tentang cinta.
Jodoh juga perkara mencari pintu yang tepat untuk kau masuki bukan. Dan
sebaliknya siapa yang bisa mengetuk hatimu, membukanya dan kau izinkan untuk
menghuni ruang paling istimewa yang kau miliki//hati.
Rezeki/karier/pekerjaan dan jodoh yang kuurai
di atas dua hal mendasar bukan dalam kehidupan ini. Dua hal mendasar yang
bergantung pada proses mengetuk pintu. Ya. Aku makin yakin bahwa hidup adalah
perkata mengetuk pintu. Aku berkali-kali mengetuk pintu, banyak pintu yang
ketemui dalam hidupku, untuk urusan apa saja itu. Aku terlahir bukan sebagai
seorang anak manusia yang punya kehidupan mulus, baik-baik saja, yang jalannya
seperti skenario sempurna tanpa revisi. Hingga diusiaku saat ini cukup banyak
pintu yang sudah aku ketuk, kumasuki, kuhuni, dan juga pintu yang tak kuketuk
sama sekali. Atau yang kuketuk, namun
tak kumasuki, meski aku harusnya bisa masuk dan menghuni ruangan itu. Ya,
hidupku belum tuntas. Namun tentunya aku ingin menemukan ruangan yang tepat
itu-secepatnya.
Pertanyaan sederhana “kau mau dikenal lalu
dikenang sebagai siapa kelak” memang membuatku berpikir keras tentang
pintu-pintu yang sudah kuketuk dan kuhuni sekarang. Menyadarkan aku tentang
capaian di usiaku yang sudah 24 tahun. Terlambatkan jika aku keluar dari ruang
ini ?? Lalu memutuskan kembali mundur ke belakang, mencari pintu yang sempat
kuketuk, namun tak kumasuki itu. Atau sembari itu aku juga akan mencari pintu
yang tepat untuk kumasuki (lagi), setelah aku mengetuknya.
Pertanyaan sederhana itu memang tak datang
dengan sendirinya. Banyak hal yang terjadi membuatku ‘terdesak’. Ya, entah
terjemahan apa yang tepat untuk kata yang kukutip itu. Tapi itulah mungkin kata
yang tepat untuk mewakili kondisi yang tak mungkin kuurai dan kujabarkan, karena
itu bagian dari proseskku yang tak perlu kalian pahami. Kalian hanya mesti
paham aku sedang berusaha menjawab pertanyaan sederhana itu.
“Kau mau
dikenal lalu dikenang sebagai siapa kelak”
Aku sudah memutuskan. Keluar dari ruangan
itu. Meski banyak yang menyayangkan, namun tentunya aku lebih menyayangkan jika
aku terlalu lama harus berdiam diri untuk tidak melanjutkan proses mencariku.
Aku tak ingin lebih terlambat dari hari ini.
Semua ini tentangku. Tentang proses yang
sedang kumulai, kulanjutkan dan akan aku capai. Teruntuk kalian yang ada
disekelilingku, berdiamdirilah lihatlah aku mencari. Namun jikapun ada yang
sedang mencoba mendampingiku untuk proses ini terimakasih atas keridhaan
menerima proses kembali “nol” yang sedang menjadi pilihanku.
Masih tentang kata.
Duniakata.yo.sinta
*semoga
tulisan ini bisa membuat banyak orang paham dan tak lagi menyodorkan pertanyaan
“kenapa resign??”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar