Ia asik sendiri. Berusaha membeli banyak
rumah, bangunan, hotel, tanah, pulau, dan atribut lainnya yang menjadi candu
baginya dalam dunia fantasinya itu. Game itu memang berhasil mencuri banyak
waktu dari sedikit waktu santai yang ia punya. Let Get Rich, game itu memang berhasil menghipnotisnya hingga ia
menjadi acuh dengan sekelilingnya. Tidak paham bahwa ada orang yang menunggunya
untuk bercerita, berdiskusi, atau melakukan hal lainnya yang mungkin lebih
menarik dilakukan berdua.Bukan sendiri. Setelah ia bilang “nyawa habis”,
ia mau tak mau menaruh ponsel pintarnya,
lalu memilih duduk disampingku. Ia jadi patnerku dalam tulisan ini.
Kami
awali dengan pertanyaan ….
“Saat
rambutku mulai rontok, apakah aku sudah cukup kaya?”
Mungkin ini
pertanyaan yang sedang sangat ingin ia jawab dengan permainan Let Get Richnya itu. Mungkin dia bukan
satu-satunya orang yang menggilai game yang tampaknya sedang mengajak orang
untuk menjadi kaya (meski sedang dalam
dunia fantasi).
Apa semua
orang di dunia ini bermimpi untuk menjadi kaya. Lalu, apa mungkin ada kekayaan
yang tak tampak-tak terlihat secara kasat mata, tapi justru malah dapat dirasakan
? Sehingga, semua orang sah-sah saja untuk bermimpi menjadi kaya, karena kaya
bukan perkara yang tampak saja, tapi seperti kataku tadi, ada kaya yang tak
tampak, namun nyata; nyata bahwa ia memberikan bahagia (mungkin).
Namun kenyataannnya di dunia nyata, kekayaan
sangat diagungkan karena kekayaan dapat merubah situasi dari yang tidak
diharapkan menjadi sebuah kondisi ideal, yang tentunya diharapkan. Terkadang, yang
harampun bisa dihalalkan.Ya, itu salah satu cara agar bisa mendapatkan apa yang
diinginkannya. Memanipulasi hal baik menjadi buruk, atau sebaliknya, hal buruk
menjadi baik. Hitam dan putih kadang membaur menjadi ‘abu-abu’ yang sudah sulit
dipisahkan lagi muasalnya;putih atau hitam.
Lalu, setelah kaya apalagi yang dicari ?
Masih adakah hal diatas kekayaan, sehingga mereka yang sudah sampai pada kondisi
baik itu (baca: kaya) malah seolah tak ingin berhenti. Lagi, lagi, dan lagi
mengejar kekayaan yang lain, ia menjadi ketagihan untuk mengejar kekayaan
berikutnya. Apa itu pertanda bahwa tak ada tolak ukur dan patokan dari kata
kaya itu sendiri. Di atas orangkaya ada orang yang lebih kaya, dan diatas yang
lebih kaya, ada yang sangat kaya.
Ya, semua masih tentang kaya. Mimpi dari
sikaya adalah menjadi yang terkaya, sehingga ia akan berusaha meraih banyak hal
yang membuatnya sampai pada posisi ter/posisi paling; paling tinggi dan paling
atas. Namun terkadang orang yang terkaya itu tidak memiliki apa yang dimiliki
sikaya lainnya. Jika sikaya penyantap steak, pizza, spagety, burger dan semua
makanan menggiurkan yang terdengar nikmat itu dengan lahap menyantap
hidangannya di meja mewah, samakah dengan kekayaan yang sedang dinikmati
penyantap lalap, sambal terasi dan tempe goreng yang sedang melahap semua itu
sebagai hidangan penuh cinta yang dibungkuskan istrinya sebagai bekal makan
siang hari ini. Adakah yang bisa membandingkan dua hal itu, mana yang lebih
nikmat ? Mana yang lebih kaya?
Jika kekayaan diumpamakan sebagai cahaya,
bintang bisa disebut sebagai kekayaan itu, karena bintang yang kerap menjadi
sumber binar pada gelapnya malam, ia menjadi yang kaya dalam gelap, ia menjadi kaya
karena gelap, adakah bintang pada siang yang terang ? Lalu kalau sudah begitu, siapa
yang kaya, bintang, atau malam pemilik kegelapan, yang memberi hidup pada
bintang.
Semoga kalian akan sampai pada kesimpulan bahwa
kaya memang perkara yang tak punya kata pasti untuk tolak ukur, puncak
capaiaannya, bahkan bentuknya sekalipun.
Semoga
kalian dalam keadaan kaya, dan bersama kekayaan masing-masing.
Ruang Diskusi 24/9 *Dunia Kata.yo.sinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar