Pages

Senin, 05 Januari 2015

#merekayangsaiapanggilteman #bukantempatles #bukanplaygroup #katamerekapersahabatan



*saat tulisan ini dibuat ada tiga bocah yang sedang tak jauh dari dudukku dan bertingkah sesuka mereka,. Faqih di kananku, Evand dan Fadil di kiriku. Mereka duduk manis disamping meja laptop lesehan yang aku gunakan. Mereka mengeja kata demi kata yang kutulis. Ya, mereka melihat apa yang kutulis ini, termasuk saat aku mendeskripsikan keberadaan mereka yang saat ini yang juga sedang mengunyah biskuit keju. Ada Evand yang membacakan apa yang kutulis dengan nyaring, ya mungkin ini caranya menyeimbangi dua teman kecilku yang lain, menyeimbangi Fadil yang masih belum lancar membaca tulisan serapat ini, dan Faqih yang masih mengeja huruf demi huruf. Entah mengerti entah tidak mereka, tapi mereka tertawa, entah apa yang mereka tertawakan, mungkin karena nama mereka disebut dalam tulisan ini.  Ya, mereka yang saia panggil teman. Mereka sebagian dari mereka yang lain.

Faqih, Evan, Fadil, Obin, Daus, Fauzi, Alif, Agi, Abi, Nancy, Uli, Sifah, Naqia, Rafi, Paul, Rendi, Ali, Reza, Aji, dan beberapa nama lagi yang mungkin singgah-tapi luput dari ingatanku, karena mungkin sesekali hadir. Ya, nama-nama itulah yang sering kueja satu bulan belakangan. Teman bermain, teman belajar, teman bertengkar, teman membaca, teman menulis, teman menghitung, teman tertawa. Teman hidup. 

Berawal dari perpindahan haluan, pergeseran tempat berpijjak. Sesuatu yang terjadi tiba-tiba, membawaku ke tempat ini.Tempat yang sebelumnya tak pernah aku bayangkan dan prediksi. Aku juga terheran, ada tempat sesurga ini di belahan bumi yang beriklim tropis. Ini surga kedua yang pernah aku kunjungi. Ya, ini kembali mengingatkanku pada Kamang. Kampung kecil di Sumatera Barat sana, yang kusebut kampung sudut. Kampung yang sempat kuhuni lebih kurang dua bulan ketika aku menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang menjadi bagian dari proses studi S1ku dua tahun yang lalu. Kampung yang jauh dari hingar bingar metropolitan, gemerlap kemewahan yang membuat perut mual. Kampung yang menyimpan udara segar, masyarakat yang ramah-tamah, sayur mayur segar yang siap petik, pohon-pohon besar, hewan ternak yang berisik tapi asyik, dan tentunya ada anak-anak yang riang berlari kesana kemari, dan tertawa tanpa batas di bawah hujan sambil menggiring bola di lapangan hijau. Dan ini seperti Kamang itu. Aku sedang berada di tempat mirip Kamang itu. Jika boleh kubilang, ini bukan bagian dari ibu kota yang pongah dan gersang.

Dan di tempat teduh ini mereka ada, aku kenal.

Kelincahan peliharaanku menjadi awal pertemanan kami. Sejak memutuskan untuk memelihara dua ekor hamster yang hari ini sudah bertambah jumlahnya dengan kehadiran satu ekor anak mereka, aku memang berkomitmen untuk membawa mereka kemanapun aku menetap. Mengusahakan mereka ikut, kalaupun aku harus bepergian lama dan jauh. Jadi sudah pasti mereka ikut bersamaku saat ini. Aku saja suka, apalagi mereka. Melihat hamsterku yang tidak akan diam-bergerak sesukanya-kesana kemari, bulu mereka yang halus saat dipegang, kandang warna-warni, ditambah ikan-ikan kecil peliharaan baruku; mereka melirik, mengintip, lalu akhirnya kupersilahkan masuk ke ruangku.Satu anak, dua anak, tiga anak, dan tiba-tiba ruang ini sesak.Dipenuhi belasan anak. Sesak yang bukan membuatku susah bernafas, tapi malah tersenyum.

Bermain hamster, memberi makan ikan, lalu bergeser pada kegiatan mencoret-coret kertas dengan gambar entah yang indah. Pada hari pertama tidak kuduga akan ada kunjungan manis berikutnya. Mereka makin sering bermain//singgah ke ruang sempitku ini. Liburan tiba,merekapun jadi alarmku pagi hari. Jangan harap aku akan bisa bangun kesiangan; saat memejamkan mata pada malam hari, aku akan sudah harus siap mendengar teriakan mereka di depan pintu, dan jika tak kunjung kujawab mereka akan menggedor pintu; seperti tetangga yang meminta tolong karena rumah mereka kebakaran.

Di hari libur ini, pagi adalah jadwal kami membereskan peliharaanku, yang sekarang juga menjadi peliharaan mereka. Ya, peliharaan mereka, 18 ikan di aquariumku sudah bertambah jumlahnya,meski kularang, mereka kerap menyisihkan uang jajan mereka untuk membeli ikan.Sudah puluhan ikan yang juga sesak dalam aquarium kecil itu, seperti sesaknya ruangan ini, namun bahagia membuat ikan dan kami di ruang ini masih sangat bisa bernafas dengan baik.

Jika kandang hamster sudah bersih, air di aquarium sudah diganti dan ikan-ikan kembali melenggok gemulai, mereka mulai membongkar rak bukuku. Ya, sejak awal menerima mereka disini, aku sadar buku adalah satu benda pintar yang meski ada diantara kami. Hingga kini rak buku sederhanaku juga sudah dipenuhi dengan buku komik, majalah,buku bacaan yang seadanya, namun cukup layak untuk mereka baca. Kadang buku itu jadi panduan gambar mereka, sesekali aku berkenan membacakan, sesekali mereka membalik-balik halaman, melihat gambar saja, sesekali ada yang membaca dengan serius di pojok ruangan.

Lalu jika tumpukan buku sudah mulai dibongkar, dan satu persatu buku sudah berserakan, akan ada yang mulai berkata “Kak, minta kertas kak”. Hampir semua dari mereka suka menggambar, meski tidak semua berbakat, tapi aku tahu satu hal mereka semua suka mencoret, dan tentunya kertas adalah media yang pas untuk mereka coret. Saat sudah disibukkan dengan lembaran kertas mereka masing-masing, saat  itulah aku mensiasati waktu, menarik mereka bergantian untuk belajar pada mata pelajaran yang tidak mereka kuasai dengan baik, semisal Faqih murid kelas satu yang belum bisa membaca, Obin yang pintar matematika, namun lemah di Bahasa Inggris, atau Fadil siswa kelas tiga yang belum hafal perkalian, Daus yang masih kebingungan saat berhadapan dengan soal perkalian yang digabungkan dengan penambahan dan mengurangan, atau seperti Alif yang selalu salah saat tugas pemenggalan suku kata di mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Nanti saat semua sudah membosankan untuk mereka, mereka akan berlari ke luar ruang. Bermain benteng di lapangan samping rumah, atau kemanapun mereka ingin berlari. Ya, saat itulah semua kertas,buku, alat tuli, kurapikan kembali. Namun siap-siap, nanti saat mereka sudah tak ingin bersama teriknya matahari dan keringat asin beramoma letih, akan ada yang kembali mengetuk pintu, memanggil dan ruang ini kembali berantakan. Mungkin akan tiga sampai lima kali dalam sehari ruang ini disapu dan ditata ulang, ya; karena mereka anak-anak. 

Sesekali akan ada dari mereka yang berinisitif untuk main ke lapangan rumput yang cukup jauh dari sini, untuk bermain layangan, bola, benteng, atau permainan melelahkan lainnya yang pas dilakukan di lapangan rumput yang cukup luas itu. Dan “lupakan usia 24 tahunmu, Sinta”. Itulah instruksi yang pas untukku saat mereka sudah merengek dan sedikit memaksa agar aku ikut bermain dengan mereka di luar. 

Jangan kira nanti mereka akan pulang ke rumah, bisa saja mereka akan kembaali  akan memilih bersama dengan kertas-kertas di ruangku.Ya, wajar saja aku harus menyediakan puluhan lembaran kertas yang akan mereka penuhi dengan coretan tangan mereka. Atau mereka juga sudah mulai  menjelajah dunia lewat permainan monopoli, mulai memahami sedikit tentang jual beli, tentang ekonomi, tentang strategi, tentang investasi dan membaca posisi Negara yang mereka huni dimata dunia; hingga sempat suatu hari salah satu dari mereka berkata “ Kak, kenapa harga Indonesia murah sekali dibanding negara lain”. Aku gagu; pelajaran mana yang harus aku berikan untuk menjawab pertanyaan mereka; kewarganegaraan atau ekonomi. Aaaaah.

Banyak hal menarik lainnya yang mungkin terjadi dalam satu hari. Selalu ada keajaiban yang dikirim Tuhan untukku lewat mereka. Semua kegiatan baru akan berakhir pukul 9 malam. Salah satu atau dua dari mereka akan pulang karena sudah dijeput, selebihnya pulang saat aku meminta mereka untuk pulang, dan selebihnya masih membandel untuk tetap tidak ingin pulang; hingga akhirnya ruang ini baru kosong pada pukul 10. Hampir tak ada hari yang kulewatkan tanpa mereka satu bulan ini.

Ya aku bahagia.
Mereka membuat aku kembali tersenyum, tertawa, dan sesakali menggenangi mataku dengan tangis haru.
***

DuniaKata.yo.sinta
di bulan terakhir di tahun 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages - Menu

Pages - Menu

Popular Posts

Blogger news

Blogger templates

 

Template by BloggerCandy.com