Benar. Ini seolah
tanpa logika. Ini seolah tak rasional.
Pada
akhirnya ada yang menang dan berhasil bertahan lebih lama tanpa perlu banyak
alasan, tanpa mau memahami ini salah atau benar.
Aku
(masih) percaya; cinta bukan melemahkan, tapi ia akan menguatkan!
Aku tak tahu apa usia 24 menjelang 25 adalah
waktu yang tepat untuk mereka bertanya dengan lantang tentang siapa yang akan
bersanding di hari depan, membangun masa depan.
Aku tak tahu apa usia 24 menjelang 25 adalah
waktu yang tepat untuk mereka menghimpitkan lebih banyak banyak; dan sedikit
memaksa diri untuk menjawab hal yang belum bisa dijawab.
Boleh kusingkarkan pertanyaan itu?
Seolah
ingin disimpan untuk beberapa waktu lagi !! (deadline itu)
***
Mungkin terdengar rumit. Mencintai sesuatu
yang tak bertatap mukanya, yang tak terdengar suaranya, tak tahu ia sedang apa,
tak memahami apa yang terjadi di harinya, tak tahu apa maunya. Yang aku tahu,
aku rindu dan semakin mencintai.
Mencinta. Itu terdengar klisekah? Berlebihan?
Atau mungkin kata yang kehilangan makna? Kurasa bukan, karena muara hidup dan
alasan nafas yang terus ribut adalah itu, mencinta. Apasaja. Entah duniamu,
dunia orang lain, duniamu yang ada orang lain, dunia orang lain yang jadi
duniamu, atau duniamu yang membaur menjadi dunia orang lain dan juga duniamu.
Entahlah. Apa saja, tapi kau hidup karena hal besar itu, mencintai. Mencintai
banyak hal di muka bumi ini.
Dan pada perjalanan hidup ini, aku diajarkan
tentang cinta absurd yang entah. Menjaga sesuatu yang tak terlihat tapi ada,
menjaga sesuatu yang bukan tak ada tapi tak tampak. Menjaga hal yang sama
sekali tak akan bisa dipahami oleh orang banyak. Seolah aku sendiri yang
mengerti. Pada saat inikah cemooh mereka itu berlaku “bahwa kadang cinta
menjadikanmu bodoh”. Entahlah.
Ini asing, aku rasa tak ada yang bernasib
sama sepertiku. Tapi seperti tak ada tempat layak untuk saling mencintai di muka bumi
ini, sehingga ingin rasanya bercinta di luar angkasa dan tak mau (tak boleh)
pulang ke muka bumi ini lagi.
kita adalah sepasang kekasih yang pertama bercinta di luar angkasa
seperti takkan pernah pulang (yang menghilang)
kau membias di udara dan terhempaskan cahaya
seperti takkan pernah pulang, ketuk langkahmu menarilah di jauh permukaan jalan pulang yang menghilang, tertulis dan menghilang, karena kita, sebab kita…
telah
bercinta di luar angkasa
Ya, seperti dendangan Frau tentang "Sepasang
Kekasih yang Pertama Bercinta di Luar Angkasa". Tapi dimanapun kita.Dimanapun aku. Dimanapun dirimu. Aku masih
percaya bahwa kitalah sepasang kekasih. Masih sepasang kekasih yang percaya
bahwa cinta harusnya bukan melemahkan, tapi menguatkan!
Akan
kutunda surat cinta ini. Bukan karena apa-apa, tapi karena cinta itu sendiri.
DuniaKata.yo.sinta
Februari
di 2015