*tulisan sederhana saat menunggu teduh hujan
Aku
selalu menerka bahwa lelaki yang dikirim Tuhan untuk menghabiskan hujan
bersamaku dan dengan sabar menunggu teduh itu datang adalah lelaki yang pas
untukku, pas untuk menjadi tua bersamaku. Adakah kau pada teduh yang kuintai
??? ***
Kutipan
Cerpen “Teduh Itu Selepas Hujan-yo.Sinta
Aku tak
tahu, apa perasaan berbunga (kadang sendu) saat hujan dimiliki oleh setiap
perempuan di muka bumi ini. Mungkin karena mereka makluk berhati halus yang
mengagumi keromantisan. Hujan memang kerap jadi sebuah penggambaran tentang
rindu, kenangan, dan juga cinta. Aku memang kerap menunggu hujan.
Aku salah satu perempuan yang senang
terkepung ‘di dalam hujan’, dan senang bersama hujan. Namun makin kesini aku
menyadari satu hal, bahwa yang kucari dan kunikmati dari hujan bukanlah basahnya.
Bukanlah bisik suara rintiknya yang jatuh ke tanah dan bebatuan. Namun
‘teduhnya’. Hanya hujan yang mampu memberikan teduh, seperti pantai yang
menjanjikan debur ombak.
Teduhlah yang diincar dari hujan. Hujan yang
turun bermenit-menit, atau mungkin berjam-jam akan menjanjikan teduh. Cobalah.
Jika kau sudah menunggu hujan, dan sudah menghabiskan waktumu untuk bersamanya,
hingga ia reda, jangan berpikir untuk menyudahi kesenanganmu itu. Sempatkanlah
berdiam diri melepasnya: berdiri di depan jendela kamarmu, atau duduk di
beranda rumahmu, lalu hiruplah udara dari sisa hujan itu. Nikmati lembut aroma
tanah basah dan udara lembab yang tawarkan. Itulah teduh yang kumaksud. Bukanlah
suasana manis itu sangat menyenangkan. Bagiku itulah puncak kebahagiaan ketika
sudah memutuskan untuk menunggu hujan dan menghabiskan waktu bersamanya. Dan
hanya hujan yang akan menjanjikan itu padamu.
Ya, teduhmu hujan yang kuincar. Jadilah teduh,agar aku selalu memiliki alasan untuk menunggu
dan bersama hujan.
DuniaKata.yo.sinta
Hujan adalah hal yang menyimpan banyak hal, dan teduhnya itu selalu menjadi damba (ku) :D
BalasHapus